Senin, 04 April 2011

1. Amniotomi


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
1.      Amniotomi
Amniotomi/pemecahan selaput ketuban dilakukan bila selaput ketuban masih utuh, ada dorongan yang besar. Manfaat yang diperkirakan adalah persalinan bertambah cepat, deteksi dini kasus pencemaran mekonium pada cairan amnion, dan kesempatan untuk memasang elektroda ke janin serta memasukkan pressure catheter ke dalam rongga uterus. Jika amniotomi dilakukan, harus diupayakan menggunakan teknik aseptik. Yang penting kepala janin harus tetap berada di serviks dan tidak dikeluarkan dari panggul selama prosedur; karena tindakan seperti itu akan menyebabkan prolaps tali pusat. (Obstetri William Edisi 21, Cuningham, dkk., 2006: 343) . Selama selaput ketuban masih utuh, janin akan terhindar dari infeksi dan asfiksia. Cairan amniotic berfungsi sebagai perisai yang melindungi janin dari tekanan penuh dikarenakan kontraksi. Oleh karena itu perlu dihindarkan amniotomi dini pada kala I. Biasanya, selaput ketuban akan pecah secara spontan.
2.      Episiotomi
Tindakan episiotomi dilakukan secara rutin terutama pada primipara. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah trauma pada kepala janin, mencegah kerusakan pada spinter ani serta lebih mudah untuk menjahitnya. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung manfaat episiotomi (Enkim, Keirse, Renfew dan Nelson, 1995; Wooley, 1995). Pada kenyataannya tindakan episiotomi dapat menyebabkan peningkatan jumlah kehilangan darah ibu, bertambah dalam luka perineum bagian posterior, meningkatkan kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa nyeri pada hari-hari pertama post partum. (PERAWATAN IBU BERSALIN (Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin), Sumarah, dkk., 2009:108)
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat merumuskan permasalahannya  yaitu "Bagaimana Pelaksanaan Amniotomi danpisiotomi pada ibu bersalin.
C.    Tujuan
1)        Tujuan umum
Tujuan umum  dari materi ini adalah untuk mengetahui Bagaimana pelaksanaan Amniotomi dan Episiotomi pada ibu bersalin.
2)        Tujuan khusus
·           Untuk mengetahui pengertian Amniotomi dan Episiotomi !
·           Untuk mengetahui jenis  Amniotomi dan Episiotomi !
·           Untuk mengetahui persiapan Amniotomi dan Episiotomi !
·           Untuk mengetahui indikasi Amniotomi dan Episiotomi!
·           Untuk mengetahui  kontrak indikasi Episiotomi!
·           Untuk mengetahui teknik Amniotomi !
·           Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian Amniotomi !







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    AMNIOTOMI
1. Pengertian Amniotomi
Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban pada saat pembukaan sudah lengkap. Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan ( fore water ) maupun dibagian belakang ( hind water ) dengan suatu alat khusus (drewsmith catheter ). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim.
2.      Istilah untuk menjelaskan penemuan cairan ketuban/selaput ketuban
·            Utuh (U), membran masih utuh, memberikan sedikit perlindungan kepada bayi uterus, tetapi tidak memberikan informasi tentang kondisi
·            Jernih (J), membran pecah dan tidak ada anoksia
·            Mekonium (M), cairan ketuban bercampur mekonium, menunjukkan adanya anoksia/anoksia kronis pada bayi
·            Darah (D), cairan ketuban bercampur dengan darah, bisa menunjukkan pecahnya pembuluh darah plasenta, trauma pada serviks atau trauma bayi
·            Kering (K), kantung ketuban bisa menunjukkan bahwa selaput ketuban sudah lama pecah atau postmaturitas janin

3.      Beberapa teori mengemukakan bahwa :
a.         Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga  tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk membuka servik.
b.         Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahim kira – kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnnya oksigenesi otot – otot rahim dan keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim.
c.         Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding serviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf – syaraf yang merangsang kontraksi rahim
d.        Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda – tanda permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan cara – cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya dengan inpus oksitosin
e.         Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit – penyulit sebagai berikut:
1.    Infeksi
 Prolapsus funikuli
2.    Gawat janin
Tanda – tanda solusio palsenta ( bila ketuban sangat banyak dan dikeluarkansecara tepat ).
4.      Jenis jenis amniotomi
a.    Amniotomi untuk augmentasi.
Amniotomi sering dilakukan apabila persalinan spontan yang berlangsung terlalu lambat. Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari uji coba klinis pada persalinan spontan dan dari induksi persalinan, besar kemungkinan bahwa amniotomi akan meningkatkan kemajuan persalinan yang disfungsional.
b.     Amniotomi untuk induksi.
Dilakukan untuk menstimulasi mulainya proses persalinan. Bisa berupa amniotomi saja atau dikombinasikan dengan induksi yang lain seperti oksitosin.
5.      Indikasi amniotomi
Amniotomi dilakukan jika ketuban belum pecah dan serviks telah membuka sepenuhnya. Perlu di perhatikan Indikasi amniotomi pada plasenta previa:
 Plasenta previa lateralis/marginalis/letak rendah, bila tidak ada pembukaan
.
 Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis/marginalis dengan pembukaan > 4 cm. Plasenta previa lateralis/marginalis dengan janin yang sudah meninggal.
6.      Persiapan Alat
a.           Persiapan ibu dan keluarga
b.         Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)
 Perawatan sayang ibu
 Pengosongan kandung kemih/2 jam
 Pemberian dorongan psikologis
c.         Persiapan penolong persalinan
  Perlengkapan pakaian
  Mencuci tangan (sekitar 15 detik)
d.      Persiapan peralatan
 Ruangan
 Penerangan
 Tempat tidur
 Handscoen
 Klem setengah kocher
 Bengkok
 Larutan klorin 0.5%
 Pengalas
 Bak instrumen
7.      Tehnik amniotomi
Berikut cara-cara melakukan amniotomi yaitu :
a.          bahas tindakan dan prosedur bersama keluarga
b.          Dengar DJJ dan catat pada Partograf
c.          Bidan cuci tangan
d.         Gunakan handscoen DTT
e.         Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagian2 kecil lainnya (bila tali pusat dan bagian-bagian yang kecil dari bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera).
f.          Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan memasukkan ke dalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput ketuban dengan hati2. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap kearah atas.
g.         Saat kekuatan his sedang berkurang Tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput ketuban 1-2 cm hingga pecah. (dengan menggunakan separuh klem Kocher (ujung bergigi tajam, steril, diasukkan ke kanalis servikalis dengan perlindungan jari tangan.)
h.         Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan.
i.           Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalam larutan klorin 0,5%. tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam vagina untuk merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat, setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba tali pusat, keluarkan jari tangan kanan dari vagina secara perlahan.
j.           Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah keluarnya mekonium atau air ketuban yang bercampur mekonium per vaginam pada presentasi kepala merupakan gejala gawat janin (fetal distress). diduga ini sebagai hasil relaksasi spingter real dan peristaltik yang bertambah sebagai akibat anoxis. faktor2 etiologisnya meliputi lilitan tali pusat, partus lama, toxemia gravidarum. pada sebagian kasus tidak diketahui penyababnya insidensi keluarnya mekonium adalah sekitar 5%. kalau ini merupakan sat2nya gejala maka kejadian lahir mati (stillbirth) adalah jarang, tetapi jumlah bayi yang memerlukan resusitasi lebih banyak daripada insidensinya secara keseluruhan. Apabila terjadi pengeluaran mekonium maka DJJ harus diamati dengan ketat. kalau ada perubahan yang berarti dalam irama dan frekuensinya maka mungkin diperlukan persalinan segera untuk menyelamatkan bayinya. meskipun demikian pengeluaran mekonium sendiri bukan merupakan indikasi untuk penyelesaian persalinan secara operatif.
k.         Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tanagn kedalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tanagan dalam kondisi terbalik dan biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
l.           Cuci kedua tangan.
m.       Periksa kembali Denyut Jantung Janin.
n.          Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ.
8.      Keuntungan amniotomi
a.        memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada atau tidaknya mekonium, dimana pemantauan DJJ secara terus menerus didindikasikan, maka elektroda dapat diletakkaan langsung ke atas kulit kepala janin, yang memungkinkan pelacakan yang lebih baik daripada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda diatas abdomen ibu.
b.      kateter perekam bis aditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur tekanan intrauterin secara langsung dan akurat
c.       lamanya persalinan bisa diperpendek
d.      Bukti-bukti yang ditemukan akhir ini menunjukkan bahwa amniotomi dan stimulasi salaruran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam prostaglandin, dan hal ini selanjutnya menyempurnakan kontraksi uterus
e.       bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan menekan plasenta yang berdarah dan perdarahan akan berkurang/berhenti
f.       Partus berlangsung lebih cepat
g. Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan SBR sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas
9.      kerugian amniotomi
a.    tekanan diferensial yang meningkat disekitar kepala janin bisa menimbulkan cacatnya tulang kepala janin
b.    berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menmabah kompresi tali pusat
c.    sementara itu amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun bisa pula menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. jadi keuntungan dalam bentuk persalian yang lebih pendek bisa terelakkan oleh efek merugikan yang potensial bisa terjadi pada janin, seperti misalnya penurunan angka pH darah. beberpa penolong telah mencatat adanya perubahan dalam pola DJJ setelah dilakukannya amniotomi.






B.     EPISIOTOMI
1.    Pengertian Episiotomi
Episiotomi adalah insisi perineum yang dimulai dari cincin vulva ke bawah, menghindari anus dan muskulus spingter serta memotong fasia pervis, muskulus konstrikter vagina, muskulus transversus perinei dan terkadang ikut terpotong serat dari muskulus levator ani.
2.    Persiapan
a.    Pertimbangkan indikasi episiotomi dan pastikan bahwa episiotomi penting untuk kesehatan dan kenyamanan ibu/bayi
b.    Pastikan perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia dan steril
c.    Gunakan teknik aseptik setiap saat, cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril
d.   Jelaskan kepada ibu alasan dilakukannya episiotomi dan diskusikan prosedurnya dengan ibu, berikan dukungan dan dorongan pada ibu
3.    Berdasarkan tipe insisinya terdapat 3 jenis episiotomi :
a.       Median :
Insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina sampai batas atas otot – otot sfingter ani.
b.      Mediolateral :
Insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina menuju ke belakang dan samping kiri atau kanan.
c.       Lateral
Adapun keuntungan dan kerugian setiap jenis episiotomi :
1)   Episiotomi median :
a)    Mudah diperbaiki (dijahit)
b)   tidak akan mempengaruhi keseimbangan otot dikanan kiri dasar pelvis.
c)    Kesalahan penyembuhan jarang
d)   Insisi akan lebih mudah sembuh, karena bekas insisi tersebut mudah dirapatkan.
e)    Tidak begitu sakit pada masa nifas.
f)    Dispareuni jarang terjadi
g)   Hasil akhir anatomik selalu bagus
h)   Hilangnya darah lebih sedikit, didaerah insisi ini hanya terdapat sedikit pembuluh darah.
i)     Perluasan ke sfingter ani dan kedalam rektum agak sering.
2)        Episiotomi Mediolateral :
a)         Lebih sulit memperbaikinya (menjahitnya)
b)        Insisi lateral akan menyebabkan distorsi (penyimpangan) keseimbangan dasar pelvis.
c)         Kesalahan penyembuhan lebih sering
d)        Otot – ototnya agak lebih sulit untuk disatukan secara benar (aposisinya sulit).
e)         Rasa nyeri pada sepertiga kasus selama beberapa hari
f)         Kadang – kadang diikuti dispareuni
g)        Hasil akhir anatomik tidak selalu bagus (pada 10% kasus
h)        Terbentuk jaringan parut yang kurang baik
i)          Kehilangan darah lebih banyak
j)          Daerah insisi kaya akan fleksus venosus.
k)        Perluasan ke sfingter lebih jarang.
Sebelum melakukan episiotomi ada prosedur yang harus dilakukan :
1.      Mempersiapkan alat
2.      Memberitahukan pada ibu tentang apa yang akan dilakukan dan bantu agar ibu tetap tenang atau merasa tenang.
3.      Melakukan tindakan desinfektan sekitar perineum dan vulva
4.      Anestesi lokal caranya :
Ø Bahan anestesi (lidokain HCL 1% atau xilokain 10 mg/ml)
Ø Tusukkan jarum tepat dibawah kulit perineum pada daerah komisura posterior (fourchette).
Ø Arahkan jarum dengan membuat sudut 45 derajat kesebelah kiri atau kanan garis tengah perineum. Lakukan aspirasi.
Ø Sambil menarik mundur jarum suntik, infiltrasikan 5 – 10 ml lidokain 1% .
Ø Tunggu 1 – 2 menit agar efek anestesi bekerja maksimal sebelum episiotomi dilakukan.
5.      Cara melakukan tindakan episiotomi adalah :
a)         Pegang gunting yang tajam dengan satu tangan
b)        Letakkan jari telunjuk dan tengah diantara kepala bayi dan perineum, searah dengan rencana sayatan.
c)         Tunggu fase puncak his, kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka diantara jari telunjuk dan tengah.
d)        Gunting perineum, dimulai dari komissura posterior 45 derajat ke lateral (kiri atau kanan)
e)         Lanjutkan pimpinan persalinan.
6.       Perbaikan episiotomi median :
a)         catgut kromik 00 atau 000 sebagai jahitan kontinyu untuk menutup mukosa vagina .
b)        Dekatkan tepi – tepi potongan cincin hymen, jahitan dikencangkan dan dipotong. Selanjutnya tiga atau empat jahitan terputus catgut 00 atau 000 ditempatkan pada fasia dan otot perineum yang di insisi.
c)         Jahitan kontinyu dibawa kebawah untuk menyatukan fasia
d)        Penyempurnaan jahitan dan jahitan kontinyu diarahkan keatas sebagai jahitan subkutikuler.
e)         Alternatif lain penyempurnaan jahitan, beberapa jahitan catgut kromik 000 terputus ditempatkan melalui kulit.
7.      Perbaikan episiotomi mediolateral :
a)         Catgut kromik 00 atau 000, sebagai jahitan kontinyu untuk menutup mukosa dan submukosa vagina.
b)        Ketika mencapai cincin hymen, terus dilanjutkan hingga menyatukan ujung posterior fourchette dan labia mayora.
c)         Jahitan dikubur dibawah kulit, dan kedua ujung sfingter vagina yang terpotong (kedua ujung otot bulbokavernosus) dipertemukan.
d)        Otot perineum profunda termasuk levator ani didekatkan dengan jahitan terputus
e)         Otot – otot perineum profunda disatukan dengan jahitan inversi terputus dengan memakai kromik catgut.
f)         Selanjutnya dibuat suatu lapisan jahitan inversi terputus dengan menggunakan bahan yang sama untuk menyatukan otot perineum superfisialis.
g)        Kulit perineum didekatkan dengan jahitan matras terputus menggunakan kromik catgut.
8.       Komplikasi episiotomi adalah :
a)                Nyeri post partum dan dyspareunia.
b)                Rasa nyeri setelah melahirkan lebih sering dirasakan pada pasien bekas episiotomi, garis jahitan (sutura) episiotomi lebih menyebabkan rasa sakit. Jaringan parut yang terjadi pada bekas luka episiotomi dapat menyebabkan dyspareunia apabila jahitannya terlalu erat.
c)                Nyeri pada saat menstruasi pada bekas episiotomi dan terabanya massa .
d)               Trauma perineum posterior berat.
e)                Trauma perineum anterior
f)                 Cedera dasar panggul dan inkontinensia urin dan feses
g)                nfeksi bekas episiotomi, Infeksi lokal sekitar kulit dan fasia superfisial akan mudah timbul pada bekas insisi episiotomi.
h)                Gangguan dalam hubungan seksual, Jika jahitan yang tidak cukup erat, menyebabkan akan menjadi kendur dan mengurangi rasa nikmat untuk kedua pasangan saat melakukan hubungan seksual.
3.     Episiotomi Lateralis
a. Pada teknik ini insisi dilakukan ke arah lateral di mulai dari kira-kira pada jam 03.00 atau jam 09.00 menurut arah jam.
b. Teknik ini sekarang tidak dilakukan lagi oleh karena banyak menimbi\ulkan komplikasi. Luka insisi ini dapat melebar ke rah dimana terdapat pembuluh darah pundendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita.
4.              Indikasi episiotomi :
a.          Perineum kaku
b.        Memerlukan peregangan yang berlebihan dari perineum (forsep & vakum)
c.         Mengurangi tekanan pada kepala bayi (prematur).
5.              Kontraindikasi episiotomi :
a.         Bukan persalinan pervaginam
b.        Kecenderungan perdarahan yang tidak terkontrol
c.         Pasien menolak dilakukan intervensi operatif.
6.              Saat episiotomi :
a.         Kepala sudah kelihatan 3-4 cm waktu ibu mengedan
b.        Saat pemasangan forsep
c.         Sebelum melakukan ekstraksi pada letak sungsang.












BAB III
PENUTUP

A.    SIMPULAN

Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban pada saat pembukaan sudah lengkap. Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan ( fore water ) maupun dibagian belakang ( hind water ) dengan suatu alat khusus (drewsmith catheter ).
Episiotomi adalah insisi perineum yang dimulai dari cincin vulva ke bawah, menghindari anus dan muskulus spingter serta memotong fasia pervis, muskulus konstrikter vagina, muskulus transversus perinei dan terkadang ikut terpotong serat dari muskulus levator ani.

B.     SARAN
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, maka dapat diberikan saran-saran sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan kualitas dalam pelaksanaan Amniotomi dan Episiotomi kepada klien dan menambah informasi dan wawasan.
1.      Bagi Instansi pendidikan
Disarankan agar mengembangkan pengetahuan tentang pelaksanaan Amniotomi dan Episiotomi guna menunjuang peningkatan kualitas kesehatan ibu sehingga dapat menjadi literature guna mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khususnya kesehatan ibu dalam persalinan.


2.      Bagi Profesi Kebidanan
Disarankan agar mengembangkan pengetahuan kesehatan terkait pelaksanaan amniotomi dan Episiotomi terhadap klien guna memonitoring perkembangan kesehatan ibu dalam persalinan.
3.      Bagi Pembaca
Disarankan agar memahami dan memperluas wawasan mengenai pelaksaan Amniotomi dan Episiotomi ibu bersalin.
















DAFTAR PUSTAKA

Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Jakarta: Fitramaya

Wiknjosastro, Hanafi. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, YBP-SP, jakarta 2002
Jais Sunar. 2010. Asuhan kebidanan II. Polewali : stikes bina generasi
Murtini. 2010. Askeb II Persalinan. Stikes bina generasi Pol-Man
Geogle www.id.com. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar